Viral di TikTok, Tapi Minim Gizi: Saat Gen Z Lebih Kenyang Tren daripada Nutrisi

By Khairunnisa Nur Fadhilah at October 16, 2025
article
Viral di TikTok, Tapi Minim Gizi: Saat Gen Z Lebih Kenyang Tren daripada Nutrisi

Coba buka TikTok selama satu menit saja  besar kemungkinan Anda akan menemukan video Indomie Carbonara yang creamy, croissant cube yang aesthetic, atau mie pedas level ekstrem yang bikin penasaran. Di tangan Gen Z, makanan bukan cuma kebutuhan, tapi konten yang bisa viral dalam hitungan jam. Namun, dibalik tampilan menggoda itu, ada hal yang sering luput dibicarakan: nilai gizi yang rendah dan dampak kesehatannya. Menurut data Kementerian Kesehatan RI (2024), meningkatnya konsumsi makanan cepat saji di kalangan remaja menjadi salah satu penyebab naiknya kasus obesitas dan tekanan darah tinggi di usia muda.


TikTok memang berhasil mengubah cara generasi muda memilih makanan. Algoritma yang cerdas, makanan berpenampilan menarik dan mudah dibuat cepat naik ke For You Page. Hasilnya, makanan instan terlihat “ideal” bagi kehidupan yang serba sibuk. Data Good Stats (2025) menunjukkan hampir 49% Gen Z makan fast food minimal dua kali seminggu. Penelitian Poltekkes Malang (2023) bahkan menemukan bahwa kebiasaan makan fast food berkorelasi langsung dengan status gizi remaja, artinya tampilan yang estetik sering kali lebih menarik daripada kandungan gizi yang seimbang.


Lucunya, Gen Z sebenarnya sadar kok kalau makanan instan tidak sehat. Mereka tahu risikonya dari lemak jenuh, pengawet, hingga sodium tinggi. Tapi kesadaran ini sering kalah oleh gaya hidup cepat dan tekanan sosial. Studi IAIN Kudus (2023) menyebut fenomena ini sebagai value-action gap: tahu yang benar, tapi susah dilakukan. Apalagi kalau semua teman di TikTok lagi review menu viral rasanya sulit untuk tidak ikut tren. Akhirnya, yang penting bukan lagi rasa atau kesehatan, tapi eksistensi di dunia maya.


Dampaknya ternyata bukan cuma di berat badan. Penelitian Universitas Halu Oleo (2022) menemukan bahwa konsumsi fast food berlebihan bisa meningkatkan risiko obesitas di kalangan pelajar aktif. Sementara riset Poltekkes Makassar (2023) menunjukkan penurunan fokus belajar pada siswa yang sering makan cepat saji. Bahkan, pola makan tinggi garam dan gula disebut berpengaruh terhadap suasana hati dan tingkat stres (ResearchGate, 2023). Jadi, makanan viral yang tampak seru di layar bisa membawa efek domino pada tubuh dan pikiran jika dikonsumsi tanpa kontrol.


Kabar baiknya, Gen Z juga punya kekuatan besar untuk membalik tren ini. Caranya sederhana: mulai dari membaca label gizi, menambahkan sayuran ke resep viral, dan mendukung kreator yang berbagi konten makanan sehat. Edukasi seperti program Aksi Gen Z Cegah Remaja Obesitas (Poltekkes Palembang, 2024) membuktikan bahwa gaya hidup sehat bisa dikemas dengan cara yang seru dan kekinian. Terapkan saja prinsip 80/20 80% makanan bergizi, 20% untuk makanan “fun”. Ingat, tren viral akan hilang dalam seminggu, tapi dampaknya pada tubuh bisa bertahan bertahun-tahun. Jadi, yuk, jadi generasi yang bukan cuma “ngikutin tren”, tapi juga sadar gizi dan siap wujudkan Indonesia Emas 2045!


Referensi:

  • Kementerian Kesehatan RI. (2024). Pengaruh Konsumsi Makanan Cepat Saji Terhadap Gizi Remaja.
  • GoodStats. (2025). Seberapa Sering Gen Z Konsumsi Makanan Cepat Saji?
  • Poltekkes Kemenkes Malang. (2023). Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Status Gizi Remaja SMAN 1 Tanjunganom.
  • IAIN Kudus. (2023). Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Junk Food pada Remaja.
  • Universitas Halu Oleo. (2022). Analysis of Physical Activity and Fast Food Consumption as Risk Factors for Obesity in Students.
  • ResearchGate. (2023). Faktor Penggunaan Sosial Media TikTok terhadap Kebiasaan Konsumsi Fast Food di Era Gen Z.
  • Poltekkes Kemenkes Makassar. (2023). Tingkat Konsumsi Fast Food dan Status Gizi Siswa SMP di Makassar.
  • Poltekkes Kemenkes Palembang. (2024). Edukasi Gizi Media Flipbook “Aksi Gen Z Cegah Remaja Obesitas”.
  • Undip. (2022). Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Instan dengan Hipertensi (Data Riskesdas 2018).

Jurnal STIS. (2023). The Effects of Price, Income, and Household Characteristics on Ultra-Processed Food Consumption in Jakarta, Indonesia.